Thursday, September 22, 2011

Wawancara Ekslusif Menteri Kesehatan RDTL dengan Radio Timor Leste


 

Wawancara Fokus Bahasa Indonesia edisi hari ini,  dengan Radio Timor Leste
Profile Menteri  Kesehatan Republik Demokratik Timor Leste
Rabu, 21 September 2011, jam 7.40


“Posisi akan datang dan pergi namun teman dan keluarga akan ada selamanya” Nelson Martins.

Nelson Martins (NM): Belajar itu adalah suatu perjuangan, hidup adalah perjuangan. Ada filsafat yang sangat bagus dari orang Indian (bangsa APACHE), “ Pada suatu saat seorang anak bertanya kepada bapaknya..! Bapak,  jika suatu saat kamu meninggal  siapakah sahabat sejati saya ” Sang Ayah menjawab “ Anakku, didunia ini tidak ada sahabat sejati bahkan ibupun bukan sahabat sejatimu.  Sahabat sejatimu adalah tanganmu, kakimu, rambutmu, mulutmu, matamu. Berbuatlah sesuatu dengan semua yang kau miliki. Gunakanlah semua yang kamu miliki untuk terus berjuang dan bertahan di dunia ini.
Saudara itulah Filsafat yang dipegang teguh oleh Nelson Martins selama memperjuangkan hidupnya hingga menjadi seorang Menteri Kesehatan.
Nelson Martins lahir di Vila verde Dili, tanggal 11 Agustus 1970, ia adalah keturunan dari Viqueque, Baucau dan Ermera. Nelson Martins mengawali perjuangannya dari Sekolah Dasar  SD Negeri III Bidau, dan Sekolah Menengah Pertama  SMP Negeri III  Becora Dili, cita-cita Nelson Martins baru nampak ketika Ia memasuki Sekolah Menengah Atas SMA Negeri I Dili dan mengambil jurusan fisika. Meskipun telah di tinggal sang Ayah namun berkat perjuanganya dan dukungan keluarga Ia kemudian mendapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di Universitas Padjajaran Bandung, Indonesia, ambil jurusan  fakultas kedokteran umum.
NM: Saat tamat SMA, saya mendapat nilai (NEM) dari jurusan A1 yang cukup bagus, tapi saya gagal di sipenmaru untuk mengambil jurusan Arsitek. Sempat putus asa, namun tak lama  Almarhumah  Paman saya perawat Domingos Carvalho, berkunjung ke rumah dan beliau mengatakan “ kenapa engak ikut tes UMPTN ambil jurusan kedokteran” , saya menjawab “ ya paman, saya coba”.  Ternyata pada saat hasil tes UMPTN diumumkan, saya lulus  masuk di Fakultas Kedokteran di Universitas Padjajaran Badung , Jawa Barat. Karena semenjak tahun 1987 sudah masuk dalam jaringan Klandestina dan sering terlibat ativitas pro-kemerdekaan maka pada tahun 1991, tepatnya tanggal 19 November 1991 saya ditangkap bersama teman –teman (sekitar 70 0rang) Mahasiswa Timor Leste belajar di Indonesia saat  melakukan demonstrasi di Jakarta menentang masakre 12 November 1991.
Pada saat itu saya sudah  sempat berpikir bahwa cita-cita untuk jadi  dokter sudah habis,  karena saat itu kita tidak bisa prediksi nasib kita ke depan. Namun, setelah melalui semua proses interogasi akhirnya saya bebas dan kembali ke bangku kuliah.  Saya sangat bersyukur karena dosen dan almamater UNPAD masih bersedia menerima saya untuk melanjutkan kuliah. Namun, pada saat itu hidup sangat sulit karena PEMDA TIMOR_TIMUR menghentikan beasiswa. Pada saat itulah kisah survival kami semua bekas tahanan (Aksi demonstrasi 19 November 1991 di Jakarta) menjadi suatu pengalaman berharga dan telah menjadi kisah sengsara penuh perjuangan dalam liku-liku kehidupan pribadi kami masing-masing. Kami berusaha bertahan dengan apa saja termasuk menggandalkan bantuan teman, saling membantu, dan sambil melakukan usaha kecil-kecilan termasuk jual Koran, botol bekas , beras sampai bekerja di lembaga sosial .
Meski dengan semua kesulitan yang kami lewati, kami tetap mementingkan perkuliahan dan pada tahun 1994 saya sudah hampir menyelesaikan kuliah pre-klinik dan mulai melakukan rotasi perkenalan di Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung. Tanpa menduga sebelumnya, suatu sore waktu berjalan dari kost ke tempat angkutan umum saya kembali ditangkap. Penangkapan kali ini sangat berat dan sempat menggangu proses perkuliahan karena saya sempat kabur dan menyembunyikan diri selama satu bulan. Saat itu, saya sempat pasrah dan mengatakan kediri saya sendiri untuk tidak perlu melanjutkan sekolah. Saya sempat ditawar untuk kabur keluar negeri tapi akhirnya saya memilih untuk kembali ke bangku kuliah dan diterima kembali dengan baik oleh Dekan dan Fakultas Kedokteran UNPAD. Saya, sangat bersyukur dan berterima kasih untuk Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran terutama para dosen dan teman-teman yang terus-menerus mengajari saya untuk menjadi dokter  yang baik.
Puji Tuhan, berkat semua anugerahNya saya berhasil menamatkan perkuliahan dan meraih gelar dokter umum pada bulan Maret 1998. Tapi karena sudah masuk garis merah ( lista mean) maka saya tidak berpikir lagi untuk melamar bekerja di pegawai negeri.  Saya sempat bergabung dengan LSM internasional   bekerja di luar negeri, bergabung dengan lembaga untuk anak-anak jalanan dan menjadi dokter sukarelawan untuk mereka. Pekerjaan tersebut sempat mengantar saya melayani di Philipina, Malaysia, Vietnam, Kambodia, Thailand dan  kembali ke Indonesia pada bulan Maret 1998.

Pada bulan   Agustus 1998 saya kembadli  ke Timor Leste untuk menenggok ibu dan keluarga. Saat itulah karir saya mulai berubah dari seorang dokter umum menjadi dokter khusus untuk mengobati dan mengontrol penyakit TBC. Saya melamar menjadi dokter untuk bekerja di klinik Motael dan menjadi coordinator unit kesehatan di Caritas East Timor. Pekerjaan utama kami adalah  mengembangkan program TBC di seluruh klinik  Katolik di Timor Leste. Tapi pada saat yang sama saya juga menjabat sebagai koordinator kesehatan di Frente Politik Interna-l CNRT dengan tugas khusus mengkoordinir aktivitas kesehatan untuk membantu masyarakt dan memobilisir bantuan obat-obatan dan tenaga medis dan para medis untuk membantu memberi pelayanan kepada masyarakat baik dikota maupun di hutan termasuk mengorganisir obat-obatan untuk membantu teman-teman kita para Falintil .

Walaupun dengan berbagai hambatan,  namun Suami dari Ana Aparicio itu behasil menggapai gelar Dokter, keberuntungan nampaknya selalu  berpihak pada ayah dari dua orang anak ini. Setelah kemerdekaan, Nelson Martins kembali memperoleh kesempatan untuk melanjutkan pendidikannya hingga kejenjang S3 di Australia.

NM: Pada tahun 2000,  saya  terseleksi untuk melanjutkan studi di Australia dengan bantuan AUSAID, dan teman-teman saya, termasuk Menteri/ Ministro Pedro Lay, melanjutkan sekolah disana,  saya  ambil jurusan di Manejemen Kesehatan, di Universitas New Castle di  Australia, New south Wales. Setelah selesai mendapat gelar Master di bidang kesehatan, saya kembali ke Timor Leste. Tapi, tidak bergabung dengan Pemerintah. Saya kembali bekerja di Motael Klinik memberikan pelayanan sebagai Dokter biasa untuk terus membantu pasien penyakit TBC . Pada tahun 2003 saya kembali mendapat beasiswa untuk memperdalam ilmu saya di bidang TBC. Saya mengambil PhD (S3)  di bidang program pengontrolan penyakit TBC, di Menzies School Health Research, Northtern Territory, Australia. Tiga tahun kemudian tepatnya November 2006  saya menyelesaikan S3 (PhD ). Termasuk keahlian yang agak jarang di   wilayah Asia-Pasifik ASEAN untuk seorang medis dengan gelar S3 dibidang TBC. Tahun 2007, saya kembali mendapat  Award (penghargaan) “ International Dean Post-Doctoral Award” dari Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas  New South Wales University, Australia, untuk periode 2 tahun.  Tapi baru sempat melanjutkan satu tahun, pemerintahan baru yang dipimpin oleh yang mulia Perdana Menteri Dr. Kay Rala Xanana Gusmao mengundang saya untuk bergabung.
Para Pendengar selama menjabat sebagai Menteri Kesehatan, Nelson Martins, tidak hanya berhenti disitu namun tetap menggunakan kesempatan yang ada untuk terus menulis artikel-artikel ilmiah dan membimbing mahasiswa sampai ke Doctoral (S3). Iapun menggunakan kesempatan itu untuk mengimpelementasikan ilmu yang di perolehnya dengan menerapkan berbagai strategi guna mengembangkan kesehatan masyrakat Timor Leste. Diantaranya melalui program SISCa dan program lainnya. Nah berkat semua itu, baru-baru ini,  Ia kemudian dianugerahi gelar Profesor  oleh Universitas  Sydney Australia, Tapi saudara siapa yag sangka kalau di balik keberhasilan yang diperoleh Nelson Martins saat ini ada suka duka yang menyedihkan, Ia ternyata pernah mengalami masa-masa sulit selama melanjutkan pendidikannya, bahkan,  Ia pernah diberitakan sebagai penjual koran.

NM: Semenjak kecil,  Bapak sudah meninggal karena krisis tujuh lima, Ibu sendiri, dan Ibu adalah Guru SD, bagaimana mungkin ya, kesulitan yang saya alami lebih sulit waktu saya melanjutkan pendidikan walaupun mendapat beasiswa tapi karena saya dtangkap dan beasiswa stop. Jadi apa yang saya lakukan disitu bagaimana supaya bisa survive sajalah. Saya punya teman-teman yang sekarang masih disini , …. Kita tinggal sama-sama, kadang-kadang enggak makan, tapi tetap belajar , ada cerita sampai Dili, waktu saya kembali ke Timor Leste, ada  sebuah Koran memberitakan di “headline di Koran namanya Nova kalau engga  salah,” seperti Dr. Nelson dokter yang pernah berjualan Koran…” saat ada komentar kontra-versi tentang berita tersebut… ada yang bilang… penjual Koran saja bisa jadi dokter…., ada juga yang beri komentar baik. ..
 Memang, ada benarnya…, saat itu keadaan sangat sulit dan kita harus bertahan hidup dan tidak ada salahnya menjual kembali koran bekas yang pernah kita baca. Itulah adalah salah satu cara survival kita, bahkan untuk survive kita harus bekerja  keras,  itu sangat penting. Prinsip bekerja keras dan hidup independen sempat kita kembangkan di Mataduro pada tahun 1994 dengan terbentuknya kelompok SAMFRUS “ Biar miskin dan cuman pakai celana sobek, tapi jika itu adalah hasil jeri payahmu dan bukan pemberian orang-tuamu maka kamu harus bangga dengan semua yang kamu miliki itu. Pernah  dengar ya, bairo samfrus, kata lainnya samfrus itu adalah suatu spirit yang kita kembangkan pada tahun 1994 waktu saya  kembali, karena memang kita sangat susah ya untuk beli celana sama t-shirt, waktu itu lagi trend ya kita pakai celana robek-robek. Saat itu saya dikatain  “ Mahasiswa  “Samfradu- Frustadu” karena pakai celana sobek dan rambut gondrong. Namun saya menjawab, bukannya saya tidak mau pakai celana utuh, tapi cuman celana itu yang saya miliki dan saya beli dengan hasil kerja sendiri. Semenjak itu spirit untuk hidup independen atau mandiri sudah mulai tumbuh dihati adik-adik yang tinggal di Mata-douro.
Wow, ternyata dibalik semua kesuksesan itu, Nelson Martins, memiliki sejumlah hobi yang juga bisa dikatakan memberi kontribusi bagi keberhasilannya, hobi tersebut adalah menulis, nah bagaimana Ia bisa membagi waktunya untuk hobi, profesi dan keluarga? 
NM: Sebagai Manusia kadang-kadang kita harus mengatur waktu kita, mungkin, misalnya hobi kita mungkin kita kurangi, saya orang yang engga terlalu suka pesta, jadi, dari pada pergi ke pesta saya lebih baik menulis, tapi mungkin  belum tentu baik untuk orang lain, saya suka olah raga, kalau pada saat orang lain suka relaks sambil bercerita, saya lebih suka baca buku, atau  nulis, jadi sebenarnya waktu yang kita gunakan untuk  kerja harus  benar-benar  bekerja, dalam setiap intervensi  saya selalu sempatkan untuk menulis , dalam menulis saya selalu mengutamakan menulis keputusan kita ambil, trus masukan kita terima selama memimpin pertemuan atau hasil diskusi,  itu, dengan sendirinya membuat pekerjaan kita jadi ringan, karena kita bisa instrospeksi “ apa keputusan kita baik atau tidak”. Dan setelah menulis saya juga mencoba untuk menulis yang baik , jangan cuma menulis, menulis harus jujur   dan harus di susun sedemikian rupa  supaya hasil tulisan tersebut bisa dipublikasikan. Saya juga dulu pernah kerja malam di Rumah Sakit, saya sulit sekali tidur di malam hari, paling-paling jam dua belas dan hampir jam satu baru bisa tidur, jadi pada  jam sembilan sampai jam dua belas  saya gunakan kesempatan itu untuk nulis. Namun,  selama  menjabat  sebagai Menteri, yaitu fokus kita yah dipemerintahan , dan  menulis  dan membimbing harus menjadi ativitas  adalah ekstra.
Para pendengar, jejak Nelson Martins patut dicontohi oleh generasi bangsa, meskipun telah memiliki gelar dan posisi yang baik, namun ia tetap rendah hati karena menurutnya posisi akan datang dan pergi namun teman dan keluarga adalah selamanya, kerendahan hati itu juga ditunjukkan dengan tetap membantu sang isteri, Ana Aparicio untuk melakukan aktifitas rumah tangga. 
NM: Kadang-kadang dalam bekerja apalagi sebagai Menteri, kebanyakan orang lihat baiknya saja, pressure- nya;  jeleknya  engga, tapi  sebagai Menteri, sebagai leader politik sebagai pemimpin kita harus membuat keputusan , keputusan itu  kadang menyenangkan orang dan kadang tidak, karena  staff kita sendiri yang lebih banyak merasakan  baik dan buruknya efeknya dari keputusan kita. Kadang, itu juga dibawa ke pikiran kita sendiri. Pada saat kita mengalami masalah-masalah seperti itu kita perlu dukungan keluarga, selama ini keluarga  dibilang isteri  sangat mendukung tetapi keluarga seperti kakak, adik dan sanak family juga sangat perlu.  Saya punya family yang sangat besar dari Ermera , Dili itu keluarga besar sekali, di Viqueque  dan pada saat acara apa saja kita bertemu kita selalu ngomong, karena memang  kita tidak boleh  sombong ya, jabatan datang dan pergi yang penting kita harus mempunyai teman. Walaupun kita jadi Menteri  atau apa, teman-teman kita tetap teman. Terus di rumah ya tetap di rumah, kalau sudah sampai dirumah anda bukan lagi Menteri, saya selalu bilang bahwa isteri saya adalah Panglima, karena kadang-kadang saya sampai dirumah bisa menyapu, karena itu sangat baik ya, dibilangnya Menteri engga boleh menyapu lantai, itu tidak boleh, bagus, itu aktifitas sangat bagus, saya suka, kadang-kadang harus membersihkan kamar sendiri, jadi saling membantu kaya gitu, selama ini isteri memilih untuk menjaga anak-anak dan membantu di rumah untuk mensuport makanya beliau tidak bekerja, tapi mungkin suatu saat nanti setelah selesai  ya saya yang di rumah beliau mungkin yang bekerja lagi.
Saudara pendengar, benar apa kata Nelson Martins bahwa hidup adalah perjuangan selagi kita mau berjuang, maka keberhasilan tentu akan datang, tapi, perjuangan itupun harus berawal dari diri kita sendiri, sebagaimana filsafat dari orang Indian yang disampaikan Nelson Martins pada awal focus tadi, bahwa Ibupun bukan sahabat sejatimu, sahabat sejatimu adalah tangan, mata , kaki, mulut dan semua yang kamu miliki, jadi gunakan semua itu maka kamu pasti bisa. Sekian focus bahasa Indonesia edisi hari ini saya, Bela Cortereal  melaporkan.

Tuesday, September 20, 2011

Coutesy Call Visit

Ministru Saude Courtesy Call ho Sra. Hongwe Gao

REPREZENTANTE UNICEF BA TIMOR LESTE, SRA. HONGWEI GAO APREZENTA KARTA KREDENCIAL BA DR. NELSON MARTINS, MD,MHM,PhD,
20 DE SETEMBRO DE 2011

Courtesy Call ho Sra. Hongwe Gao, Reprezentante UNICEF nian iha timor leste, Nia  rasik  kongratula oin sa Ministériu Saúde ne’ebé lidera husi DR. Nelson Martins, MD,MHM,Phd hatudu progressu ne’ebé avansadu ho diak.

Maski iha área Nutrisaun preciza esforsa aan maibe iha indikadores seluk hanesan Númeru mortalidade labarik tinan <5 , número fertilidade  ne’ebé hatun dadaun ida ne’e sai hanesan pasu ne’ebé ba oin. Representante UNICEF foun ne’ebé nia Nasionalidade Chineza hato’o mos agradecementu tan Ministériu Saúde ho nia suporta tomak bele hala’o servisu no koordensaun ne’ebé diak durante tinan hirak nia laran no hein katak bele hametin liu tan servisu hamutuk ida ne’e iha future.
Iha opurtunidade hanesan Sra. HONGWEI GAO Representante UNICEF hato’o mos katak nia halo ona visita ba Ministériu Edukasaun tamba Ministériu rua ne’e importante ba Agencia refere.

Iha Parte seluk Ministru Saúde Dr. Nelson Martins, mós agradese tamba UNICEF prontu atu suporta i nune’e mos hato’o katak Ministériu Saúde liu husi DPM bele halo nafatin kolaborasaun no koordenasaun ne’ebé diak atu bele gere rekursus Ministériu Saúde nian hamutuk ho UN Agencias, NGO sira, no mos doadores sira nian, liu husi konseitu Planu ida orsamentu ida no mos channel ida. Representante UNICEF ne’ebé primeira vez feto iha Agencia refere iha Timor Leste apresia tebes ho informasaun husi SE Ministru Saúde RDTL nian.

Iha loron hanesan DR. Nelson Martins, MD, MHM, PhD, Ministru Saúde RDTL simu mos bainaka husi DIGICEL Sr. Tiago Guerra, Chief Executive Officer, hodi koalia kona ba Informasaun Komunikasaun Saúde iha Ministériu Saúde. Tanba encontro ida ne’e hanesan primeiro enkontro, tan ne’e ema importante nain rua ne’e hahu fahe informasaun kona ba projetu no program DIGICEL ne’ebé karik sei bele harii nia baze iha Timor Leste hodi halo kompetisaun ne’ebé trasnparente ho Timor Telekom hodi fo asesu Infomasaun no komunikasaun ba Timor Leste.

Planu Ministériu Saúde nian maka hein katak DIGICEL bele apoia Planu Estratégiku Nasional Ministériu Saúde ba tinan rua nulu hodi fo asesu infomasaun liu husi internet ba Postu Saúde, Centru Saúde tomak iha rai laran atu bele hametin diak liu tan Ministériu nia sistema surveillance, la ses mos husi fasilita asesu ba sistema Medical Record ne’ebé apropriadu. 

Atu hahu servisu ida ne’e Ministru Saúde Nelson Martins, MD, MHM Phd, husu atu hahu uluk iha Hospital National Guido Valadares.
Husi: Cooperação e Gestão Fundos Externos MS

Inkontru Ministru Saúde ho Departamentu Jestaun Parseria MS

Dr. Nelson Martins, Ministru Saúde RDTL hala’o enkontru ho Departamentu Jestaun Parseria ho nia Unidade tomak ne’ebé kompostu husi Unidade Bilateral, UN Agencias, NGO, Sector Privadus, Instituisaun Akademikas, Fundo Global, HSSP-SP, no mos Infrastrutura.

Ministru Saúde hahu enkontru hodi fo énfaze ba departamentu Parseria atu kontinua hametin liutan servisus parseria nian ho hanoin katak DPM mak sai hanesan departamentu, Ne’ebé bele fo suporta rekursus extra atu bele preenche gaps ne’ebé mosu iha Ministériu Saúde iha faze implementasaun ba programas Ministériu Saúde nian.
Hahu husi Aprovizionamentu ba projetu HSSP-SP, Fundu Globa to’o iha divizaun Ekipamentus Médikus iha ona ekipa ne’ebé forte atu bele jere aktividade exekusun inklui mós Infrastrutura. Maske sei iha difikuldades ne’ebé infrenta maibe servisu  kontinua la’o ba oin hodi mos buka solusaun  atu bele rezolve barreiras ne’ebé iha.

Iha parte Finanças ne’ebé tau matan ba Projetu HSSP-SP no mos Fundu Global presija duni harmoniza aktividades balun ne’ebé hahu husi haforsa Gestaun Financeiru Públiku atu bele hametin liu tan divizaun Finanças iha Ministériu Saúde. Defikuldade ne’ebé infrenta hela maka,oin sa atu bele hetan asesu ba Free Balance, ne’e, Programa ka sistema elektronika ne’ebé suporta  informasaun kona ba uzus, balansus orsamentu atu bele ajuda tranparansia iha gestaun Financeira. Ministru Saúde sei levanta asuntu refere bainhira hasoru malu ho Ministra Finansas.

Entretantu, Xefé Departamentu DPM Ivo Ireneu hato’o informasaun kona ba servisus Diárius, koordenasaun oin-oin entre parseirus no mos preparasaun konseitus  ba akordus ne’ebé hala’o entre Ministériu Saúde  ho parseirus sira molok hala’o sira nia knar.

Ivo Ireneu hatutan katak se karik bele, preparasaun konseitus ba akordus ne’ebé atu asina precizamente prepara husi Gabinete Jurídiku hamutuk ho Departamentu. Polítika Ministériu Saúde nian.

Iha fatin Hanesan Ministru Saúde  husu atu foti asuntu ne’e iha Consellu diresaun Ministeriu saude nian ne’ebé hala’o diariamente iha kada segunda feira. mohmedia

Monday, September 19, 2011

adjunct Professor husi University of Sydney ba Dr. Nelson Martins


IV GOVERNO CONSTITUCIONAL
MINISTÉRIO DA SAÚDE
Gabinete do Ministro
Press Release

Primeiru Títulu ba Professor ne’ebé Atribui ba Médiku Timor oan ida husi Universidade ho Naran-boot iha Australia

Ministru Saúde husi IV Governu Konstitusional, RDTL, Dr. Nelson Martins, MD, MHM, PhD. maka foin daudaun hetan kondekorasaun ba pozisaun Professor adjunct husi University of Sydney iha Sydney Medical School. Nomeasaun hala’o iha públiku iha Agustu 2011 no juri husi painél selesaun University of Sydney, University of New South Wales no Australian National University, ne’ebé maka servisu besik liu ho Médiku Timor oan no Ministru Saúde hodi hala’o kona-ba peskiza oin-oin .
Bainhira husu tanba sá University of Sydney foti desizaun ida-ne’e, Dekanu husi Sydney Medikal School, Professor Bruce Robinson, hatan katak “Ministru Nelson Martins’ iha antesedente ativu no maka’as iha area presikza nian, ho péritu iha moras infesaun no dezenvolvimentu kuidadus saúde primáriu hanesan mós ninia koñesimentu no esperiénsia kle’an ba setór saúde iha Timor-Leste bele sai nu’udar vantajen ka riku-soin boot ida ba Sydney Medical School”.
Nu’udar médiku Timor oan primeiru ne’ebé atribui títulu ida-ne’e husi Universidade ho naran-boot tebes, Dr. Nelson Martins, MD, MHM, PhD, mós maka primeiru kompletu estudu ba PhD iha area medisina nian ne’ebé kompleta iha tinan 2006 iha Charles Darwin Univrsity, no nia fornese koñesimentu foun importante kona-ba estratejia saúde públika iha kontrolu tuberkuloze, ne’ebé lori ba publikasaun barak iha revista sira ho impaktu maka’as inklui British Medical Journal.
Ministru Nelson Martins kompleta Mestradu ba Jestaun Saúde iha 2002 iha University of Newcastle, hanesan mós Graduate Certificate of Population Health iha Australia. Bainhira husu kona-ba nomeasaun, nia hatan “ida-ne’e maka sai momentu orgullu ida ba ha’u nu’udar professional, maibé importante liu hotu ba Governu ida-ne’e bainhira nia lidera maneira hodi suporta dezenvolvimentu professional hodi nune’e Timor oan ida idak maka hetan oportunidade atu asesu ba edukasaun no alkansa sira-nia professional tomak liu husi servisu maka’as”.
Publikasaun ba relatóriu foin daudaun tinan 2011 husi Dezenvolvimentu Umanu Nasoin Unidas nota katak iha progresu signifikativu ba dezenvolvimentu saúde no ne’ebé atribui rezultadu barak sira-ne’e hodi hala’o programa kuidadus saude primáriu, Ministériu Saúde nian (SISCa) ne’ebé maka moris no lidera husi Ministru Saúde.
Maski pozisaun no knaar politika iha momentu ida-ne’e, Dr. Nelson Martins, MD, MHM, PhD, ho kompromisu maka’as tebes ba bolsa-estudus, peskiza independente, avaliasaun no transparénsia nakloken hodi avalia antijimentu ba sistema saúde. Ida-ne’e maka ninia krédiku boot tebes katak Gabinete Peskiza no Dezenvolvimentu Saúde maka estabelese ona iha Timor-Leste no sei harii metin ba oin nafatin.
Iha nia karta referénsia hodi suporta ba kondekorasaun, Professor Anthony Zwi husi University of New South Wales deklara katak “Dr. Martins estimula no promove peskiza no konvida analiza krítkika ba dezenvolvimentu sistema polítika no saúde ne’ebé nia envolve ba …Nia iha hanoin-kle’an ida, pratikante analítiku no refletivu, dejeza atu iha instituisaun, servisu no polítika ne’ebé nia promove, sujeitu ba análize no avaliasaun independente. Vontade ida-ne’e atu promove peskiza sistema polítika no saúde maka ladún entre desizor polítika senior sira iha area saúde nian, iha nasaun balun, no maka hodi bele fó louvór”.
Dekanu Asosiadu ba Sydney Medical School no Director of Office ba Global Health, Professor Asosiadu Lyndal Travena, suporta nomeasaun tanba nia fiar katak “ Nia tau kombinasaun balun ba atinjimentu akadémiku, no lideransa iha politika, prátika no jestaun ba saúde. Ami foin daudaun hakerek no submete karta ida hamutuk kona-ba dezenvolvimentu ba programa SISCa kuidadus saúde primáriu no ha’u fó testemunu ba ninia talentu no rigor akdémiku sira-ne’e”.
Kondekorasaun ida-ne’e aumenta testemuñu ba rekoñesimentu oioin husi organizasaun internasional sira-ne’ebé fó ba distintu ofisial Timor oan sira. Ida-ne’e maka loken matan ba ema Timor-Leste hodi komprende valór ba servisu di’ak, kompromisu ba dezenvolvimentu professional liu husi dalan hodi dezenvolve nasaun saúde husi mukit. Nia sei onradu husi ema Timor-Leste no, liu liu kanál akadémiku sira hodi aprende husi signifikadu ida-ne’e atu enkoraja dezenvolvimentu pesoal no institusional.